Kerajaan Sriwijaya
Jumat, 18 Februari 2011
|
Sejarah
|
Sampai sekarang banyak pendapat yang berbeda-beda tentang letak pusat kerajaan Sriwijaya. Ada yang berpendapat di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, malahan ada yang berpendapat di Muang Thai. Namun pendapat yang umum di Indonesia, yaitu bahwa pusat kerajaan Sriwijaya di Pelembang
Keadaan alam Pulau Sumatera dalam abad 7 sangat berbeda dengan keadaan dalam abad 20. Sebagian besar pantai timur Sumatera baru terbentuk. Karena itu, Pulau Sumatera lebih sempit dibandingkan dengan keadaan sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih lebar dan panjang.
Ada beberapa factor yang mendorong timbulnya Sriwijaya sebgai kerajaan besar di Asia Tenggara antara lain ialah :
a. Pelembang terletak di muara Sungai Musi pada sebuah tanjung, sedangkan didepannya terletak pulau-pulau pelindung pelabuhan. Lokasi demikian menyebabkan Palembang baik untuk pusat perdagangan.
b. Letaknya strategis di tepi jalan dagang nasional dan internasional. Jalan dagang nasional adalah jalan dagang dari Indonesia bagian timur ke Indonesia bagian barat. Jalan dagang internasional antara india dengan cina yang waktu itu masih melalui selatan Bangka. Sebab semenanjung Malaya masih bersambung dengan pulau-pulau di selatannya seperti Riau, Lingga, Singkep, Bangka, Belitung,. (Jaman Prasejarah malahan sampai ke Jawa)
c. Runtuhnya kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja member kesempatan bagi Sriwijaya untuk berkembang sebagai Negara maritime (laut) menggantikan Funan.
d. Sriwijaya memiliki kemampuan untuk melindungi pelayaran di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhannya. Banyak pajak yang masuk ke kas Negara dan memperkuat Negara itu.
Dengan faktor-faktor seperti tersebut di atas, berkembang kerajaan Sriwijaya sebagai Negara maritime yang berkuasa di perairan Asia Tenggara. Dapat disebutkan adanya 2 masa perkembangannya. Pertama , pada mulanya kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan sungai yang berpusat disekitar muara-muara Sungai Kampar. Pencarian utama penduduknya masih dari pertanian, sedangkan hubungan lalu lintas antar daerah dilakukan dengan perahu-perahu kecil. Setelah kerajaan itu kuat, diadakan perluasaan wilayah ke selatan dengan Pelambang sebagai pusatnya. Dengan kekuatan armada yang memiliki dapatlah kerajaan itu memaksa kapal-kapal asing singgah di pusat kerajaannya. Kedua, kerajaan Sriwijaya dapat menguasai tempat-tempat yang penting untuk perdagangan nasional maupun internasional, sehingga berkembang menjadi kerajaan laut (sarwajala).
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Sriwijaya di Palembang. Hal itu dapat diketahui dari prasasti-prasasti yang terdapat disekitar kota itu dan berita bangsa asing terutama dari I-tsing. Prasasti Kedukan Bukit (683) menyebutkan bahwa Daputa Hyang membawa tentara sebanyak 20.000 orang untuk menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangannya itu Sriwijaya menjadi makmur. Yang dimaksud Minangatamwan adalah Binanga yang sekarang terletak di wilayah Jambi. Daerah itu strategis untuk perdagangan. Kemudian dalam prasasti Talang Tuo (684) disebut tentang pembuatan Taman Srikserta atas perintah Daputa Hyang juga Prasasti Telaga Batu yang tidak berangka tahun menyebutkan adanya kutukan raja terhadap siapa yang tidak taat dan melakukan kejahatan. Prasasti-prasasti kerajaan Sriwijaya itu masih mempergunakan huruf Pallawa tetapi sudah mempergunakan bahasa Melayu Kuna.
0
Langganan:
Posting Komentar (Atom)